Langsung ke konten utama

Unggulan

Penjinakan (Domestikasi) Anjing Sudah Terjadi Sejak Masa Prasejarah

Anjing merupakan mamalia yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Kedekatan itu sudah berlangsung sejak masa prasejarah. Tepatnya ketika manusia masih hidup dengan berburu dan meramu sebagai sistem mata pencaharian. Anjing pada mulanya adalah serigala liar di hutan. Namun, seringnya berinteraksi dengan manusia membuat binatang ini semakin jinak. Ilmuwan Lahtinen berpendapat bahwa daging hasil buruan manusia yang hidup pada zaman es akhir tidak semuanya habis dimakan. Manusia membutuhkan jenis makanan lain dalam dietnya, tidak hanya mengonsumsi daging. Sisa-sisa daging yang tidak dimakan, dibuang oleh manusia. Daging itu kemudian dimakan oleh serigala hutan yang mencari makan mendekati permukiman. Lukisan Gua yang menggambarkan manusia dan anjing Manusia mungkin awalnya memilihara anak serigala tanpa induk. Mereka tidak memiliki pemikiran yang panjang bahwa serigala ternyata bisa membantu mereka dalam berburu. Serigala yang telah dipelihara lebih sekitar 20000 tahun yang lalu  in...

Ketika Pornografi Dipertontonkan Di Tempat Suci

Adegan seks Kuil Khajuraho, India (Aotearoa)

Saya tidak ingat betul kapan saya mengunjungi candi ini. Yang saya ingat jaraknya kurang lebih satu jam dari kota Solo. Mobil yang tumpangi beberapakali harus mendaki tanjakan curam kala itu. Pasalnya, candi ini berada di lereng Gunung Lawu. 

Suhu dingin dan angin kencang begitu menusuk, mengalahkan pancaran matahari menjelang siang, ketika saya tiba di sana. Di papan putih tertulis kata "Candi Sukuh", inilah nama candi yang saya kunjungi. 

Candi bagi masyarakat merujuk kepada semua bangunan tinggalan masa Hindu-Buddha, yang berlangsung sekitar abad ke-4 hingga abad ke-15 M. Sebagian besar di antaranya adalah kuil yakni bangunan suci untuk pemujaan para dewa. 

Candi Sukuh memiliki arsitektur yang menyimpang dari kebanyakan bangunan candi di Jawa. Bangunannya mirip banget dengan kuil-kuil yang dibangun oleh suku Maya di Amerika. Keanehan struktur bangunannya masih menjadi misteri dan perdebatan di kalangan arkeolog hingga kini. 

Namun bukan itu saja yang menarik, tetapi anda akan makin terkejut ketika melihat bentuk-bentuk kelamin yang dipertontonkan secara nyata di sana.

Di sebelah kiri tangga masuk bagian depan. Terdapat bangunan kecil, bagian dari gapura memasuki candi. Pada bagian lantai bangunan itu, terlihat relief kelamin pria "p*nis" yang sedang ereksi. Pada bagian ujung relief kepala p*nis terdapat pula relief kelamin wanita.  Kedua kelamin ini digambarkan seolah-oleh hendak penetrasi. 

relief pada lantai dokpri

Tidak hanya kelamin manusia, kelamin gajahpun dipahat dengan begitu "gedenya". Kita dapat melihat gajah berp*nis jumbo itu dengan melihat jajaran batu berelief di sebelah kiri pintu masuk. 

Bagian yang paling masterpiece adalah arca tanpa kepala yang ada di sisi bangunan candi utama. Arca itu berwujud pria bertubuh pendek dengan perut buncit. Ia berdiri tegak sambil memegang p*nisnya yang ereksi. Ukuran penisnya bisa dikatakan besar bila dibandingkan dengan proporsi tubuhnya. 

Pada kepala p*nisnya itu dipasangi benda berbentuk cincin. Apakah fungsinya? Para arkeologpun kebingungan untuk menjawabnya. Banyak yang berasumsi bahwa benda itu adalah "sex toys" nya orang-orang Jawa zaman dulu. 

Arca vulgar di Candi Sukuh. Dokpri

Sebenarnya, tontonan pornografi tidak hanya ada di candi Sukuh. Bila kita cermat memerhatikan relief-relief di Candi Borobudur, adegan-adegan berbau porno pasti akan terlihat. Mesti tidak sevulgar yang ada di candi Sukuh. 

Relief candi Borobudur umumnya menggambarkan wanita bertelanjang dada. Bagian payudaranya dipahatkan secara tegas untuk membedakannya dengan relief pria. Konon pada bagian kaki candi, terdapat adegan orang yang sedang bermesraan dan melakukan hubungan intim -- meski bagian kelaminnya tidak ditampakkan -- Sayangnya, panel relief ini sudah ditutup untuk penguatan kaki candi. 

Jauh di anak Benua India, kuil yang menampilkan adegan paling erotis berdiri kokoh hingga kini. Sukuh dan Borobudur tersaingi dari aspek kevulgarannya. Kuil tersebut dinamakan Kuil Khajuraho. 

Kuil Khajuraho berlokasi di Madhya Pradesh,  distrik Chhatarpur, sebelah tenggara New Delhi. Relief pada bagian luar kuil/candi ini 10 persennya menampilkan adegan-adegan erotis. Beragam gaya dan posisi berhubungan intim diperlihatkan. 

Tentu aneh bagi kita, kok adegan-adegan mengundang birahi itu dipahatkan pada tempat peribadatan yang suci. Bukankah itu adegan tercela yang bisa merusak kesucian rumah ibadah? 

Rasa aneh itu muncul ketika kita melihatnya dari sudut pandang manusia di zaman modern. Manusia modern yang diatur oleh norma-norma kekinian yang tentu saja sangat jauh berbeda dengan norma manusia di masa lampau. 

Di masa lampau, wanita bertelanjang dada adalah hal biasa. Dan mungkin ketelanjangan  di tempat tertentu tidak dipermasalahkan. Bahkan pada zaman Belanda, masih banyak wanita yang bertelanjang dada, maupun telanjang bulat ketika mandi di sungai. Seperti di daerah Bali dan Batak. 

Atau bisa jadi keanehan itu muncul ketika melihatnya dari sudut pandang keyakinan yang berbeda. Orang-orang Jainisme dan Hindu tampaknya tidak mempersoalkan masalah ketelanjangan, maupun masalah hubungan seksual sepanjang tidak menyalahi ajaran agama mereka. 

Seksualitas adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Seksualitas adalah lambang kesuburan dan keperkasaan. Dari hubungan itulah manusia berkembang biak. Jadi, tidak mungkin masalah ini tercela diomongkan. 

Masalahnya, kita mau membicarakannya sembunyi-sembunyi dengan penuh rasa malu, atau secara terang-terangan?



Komentar

Postingan Populer