Langsung ke konten utama

Unggulan

Penjinakan (Domestikasi) Anjing Sudah Terjadi Sejak Masa Prasejarah

Anjing merupakan mamalia yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Kedekatan itu sudah berlangsung sejak masa prasejarah. Tepatnya ketika manusia masih hidup dengan berburu dan meramu sebagai sistem mata pencaharian. Anjing pada mulanya adalah serigala liar di hutan. Namun, seringnya berinteraksi dengan manusia membuat binatang ini semakin jinak. Ilmuwan Lahtinen berpendapat bahwa daging hasil buruan manusia yang hidup pada zaman es akhir tidak semuanya habis dimakan. Manusia membutuhkan jenis makanan lain dalam dietnya, tidak hanya mengonsumsi daging. Sisa-sisa daging yang tidak dimakan, dibuang oleh manusia. Daging itu kemudian dimakan oleh serigala hutan yang mencari makan mendekati permukiman. Lukisan Gua yang menggambarkan manusia dan anjing Manusia mungkin awalnya memilihara anak serigala tanpa induk. Mereka tidak memiliki pemikiran yang panjang bahwa serigala ternyata bisa membantu mereka dalam berburu. Serigala yang telah dipelihara lebih sekitar 20000 tahun yang lalu  in...

Syarif Husain, Gubernur Mekah yang Menghianati Kekhalifahan Turki Usmani karena Ingin Jadi Raja Arab

 


Kekhalifahan Turki Usmani memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Wilayah kekuasaan mereka membentang dari sebelah Barat Benua Eropa hingga seluruh wilayah Arab bekas jajahan Kesultanan Mamluk. Mekkah dan Madinah merupakan bagian dari wilayah Hijaz pada masa Turki Usmani. Dua kota suci ini dipimpin oleh seorang  Syarif yang berasal dari keturunan Nabi Muhammad. Kepemimpinan Syarif berlangsung secara turun temurun dan masih berlanjut hingga masa Turki Usmani.

Pada Perang Dunia Pertama, Turki Usmani mengalami berbagai kekalahan melawan Eropa. Wilayah jajahannya berangsur-angsur berkurang. Hal ini diperparah dengan banyaknya penguasa-penguasa kecil di wilayahnya yang berhianat. Semula mereka diangkat oleh pihak Turki Usmani, namun kemudian berpaling. Mereka melakukan pemberontakan dengan dalih revolusi. Padahal pemberontakan yang dilakukan didalangi oleh Eropa yang merupakan musuh bebuyutan Turki Usmani. Termasuk di antara mereka adalah Syarif Husain.

Syarif Husain lahir di Istanbul pada tahun 1854. Ia adalah putra Syarif Ali Pasha bin Muhammad dari Istrinya Bezmi Jihan yang berasal dari Kaukasia. Syarif Husain berasal dari Wangsa Hasyim dan masih terhitung sebagai keturunan ke 37 dari Nabi Muhammad. Masa mudanya dihabiskan di Mekkah, ia belajar agama di sana bahkan telah menghafalkan Al-qur’an ketika berusia 20 tahun. Pada tahun 1908, Syarif Husain ditunjuk oleh Sultan Abdul Hamid sebagai pemimpin Mekah menggantikan ayahnya yang wafat.

Saat perang  Dunia pertama terjadi, Turki Usmani mengalami banyak kekalahan. Apalagi di Istanbul terjadi gerakan revolusi yang dilakukan oleh kaum muda. Melihat kondisi  politik yang demikian, Syarif Husain mulai melakukan misi rahasia. Atas saran anaknya, Abdullah, Syarif Husain mulai melakukan negosiasi rahasia dengan pihak Inggris.

Antara tahun 1915-1916, Syarif Husain rutin melakukan korenspondesi dengan pihak Inggris. Dalam perjanjiannya dengan Inggris,  Syarif Husain setuju melakukan pemberontakan terhadap Turki Usmani dengan syarat bahwa Inggris dan sekutunya akan menunjuk  Ia sebagai raja di negara Arab Bersatu yang akan didirikan. Negara tersebut membentang dari Suriah di utara hingga ke Yaman di Selatan.

Inggris tampaknya menyetujui syarat yang diajukan oleh Syarif Husain. Pada tahun 1916, Ia mulai melakukan pemberontakan melawan kekhalifahan Turki Usmani atas nama Revolusi Arab. Syarif Husain dipersenjatai dengan 50000 prajurit dan 10000 pucuk senjata api. Ia mulai menyerang basis-basis militer Turki yang ada di Hijaz.

Syarif Husain berhasil memenangkan pertempuran. Wilayah-wilayah Arab berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Akan tetapi, Inggris dan sekutunya hanya mengakui  Syarif Husein sebagai Raja di Wilayah Hijaz. Syarif Husain sangat kecewa karena Inggris telah mengingkari kesepaatan sebelumnya. Meskipun demikian, Syarif Husain tetap mengakui dirinya sebagai penguasa tunggal di seluruh Arab. Ia menggelari dirinya sebagai “Malik Bilad al-Arab.

Pengakuan sepihak syarif Husain, membuat pemimpin Arab yang lain menjadi geram. Salah satunya adalah Ibnu Saud yang juga berperan dalam pemberontakan terhadap Turki Usmani. Ibnu Saud saat itu dalah Raja di wilayah Nejed. Wilayah yang berbatasan dengan Hejaz di sebelah barat.

Inggris yang mulai tidak suka terhadap Syarif Husain, mendukung Ibnu Saud untuk melakukan serangan ke wilayah Hijaz. Akhirnya pada tahun 1924, Ibnu Saud berhasil mengambil alih kekuasaan atas wilayah Hijaz dari tangan syarif Husain. Untuk sementara, jabatan Amir Hijaz diberikan kepada anaknya Ali bin Husain hingga tahun 1925.  Dan setelah itu Ibnu Saud benar-benar mengakhiri kekuasaan 700 tahun bani Hasyim di kota Mekkah dan Madinah.

Syarif Husain melarikan diri ke Amman, Yordania. Di sana, anaknya yang bernama Abdullah juga merupakan seorang amir. Ketika berada di Yordania, Syarif Husain masih mengakui dirinya sebagai seorang khalifah. Ia berperilaku layaknya seorang raja di sana.

Karena tidak suka atas sikap sang ayah, Abdullah kemudian mengirim Syarif Husain ke Aqaba. Dari Aqaba, Syarif Husain dibawa ke Siprus untuk tinggal bersama anaknya Pangeran Zaid. Di Siprus Syarif Husain terkena stroke dan dibawa kembali ke Amman, Yordania hingga wafat. Syarif Husain wafat pada tahun 1931,  di usia sekitar 77 tahun dan Ia dimakamkan di Yerusalem, Palestina.

Kisah Syarif Husain mengajarkan kita agar tidak terlalu ambisius mengejar kekuasaan dan jabatan. Apalagi kekuasaan tersebut diperoleh dengan cara yang tidak baik. Kekuasaan tidak akan bertahan selamanya. Syarif Husain menikmati jabatan sebagai raja selama 8 tahun saja. Setelahnya ia menikmati masa tua di pembuangan. Bahkan ia tidak bisa menginjakkan kaki lagi ke wilayah yang pernah ia kuasai.

Komentar

Postingan Populer